Pages

Thursday, May 5, 2011

Komunikasi Efektif

 Semua sudut manusia, dalam perjumpaan dengan manusia lain kapanpun, dimanapun adalah membutuhkan komunikasi. Sampai–sampai dikatakan banyak masalah dalam kehidupan adalah akibat dari kegagalan berkomunikasi. Banyak orang mengatakan, jika sudah berbahasa sama dengan telah berkomunikasi, itu keliru. Berkomunikasi sampai batas tertentu membutuhkan bahasa, tetapi selama proses berbahasa itu tidak menghasilkan persamaan pengertian, atau lebih-lebih menggerakan untuk berbuat/bersikap tertentu, maka jadilah itu hanya berbahasa belaka. Komunikasi intinya adalah transmisi pesan/messages. Bahasa (=kata-kata, simbol matematik, diagram, gerak-gerik, dan semacamnya) adalah hanyalah kode yang dibentuk oleh komunikator untuk menyampaikan message. Dan message dikodekan (“Encoded”), maka mesagge is between the lines. Penerima kode (=komunikate) lalu harus mengurai kode itu (=decoding) menjadi message yang dimaksud.

Ada setidaknya objective/tujuan komunikasi, sebagai berikut :a. Menginformasikan sesuatu.
b. Mempengaruhi sikap.
c. Memberikan support psikologis.
d. Mempengaruhi perilaku (misal agar taat, memberi informasi).
e. Kombinasi dari keempatnya.

Agar tujuan komunikasi dapat tercapai ada 3 hal yang seharusnya dipenuhi:a. Attention (kalau komunikate acuh tak acuh bagaimana mungkin komunikasi berlangsung).
b. Comprehension (setelah tertarik komunikate seharusnya mengerti/paham)
c. Acceptance (komunikate menyetujui, percaya kebenaran yang terkandung di dalam message)

Untuk mencapai 3 hal diatas ada 3 karakter yang seharusnya diimiliki komonikator:
a. Dia harus jujur.
b. Dia harus rasa hormat
c. Dia harus menerangkan dengan jelas/tepat
d. Dikemukakan padat tidak panjang.

Komunikasi bisa satu-jalan atau dua-jalan
Terkadang tidak diperlukan feed back (umpan balik), ketika jelas-jelas nyata komunikate sudah paham (acceptance), maka disini diberlangsungkan cukup komunikasi satu-jalan. Namun jika konsekuensi pesan dianggap tidak/kurang terjadi, barulah dibuka komunikasi dua-jalan agar ada feed back. Persepsi Komunikate tidak jarang merespons atas dasar perhatiannya (attention) yang mengarah hanya pada porsi tertentu dari kode, bukan pada total kode. Porsi itu saja yang dipahami. Inilah persepsi. Persepsi yang melencengkan pemahaman total yang perlu diluruskan.

Ada beberapa penyebab persepsi :
1. Determinasi Perhatian.
Sebenarnya ada banyak yang harus diperhatikan oleh komunikate. Maka jangan-jangan pesan komunikator tidak begitu menjadi perhatian komunikate karena setidaknya ada 4 hal yaitu :
a. Kebutuhan.
b. Ekspektasi.
c. Nilai-nilai.
d. Keyakinan/belief
2. Bahasa dan Pemahaman.
Persepsi bisa terjadi karena pembahasan yang tidak sama. Atau pembahasan yang sama-sama diketahui tetapi dipahami secara lain
3. Distorsi dan Penolakan.
Pesan sendiri mungkin ambigu (kabur), maka bisa ditafsir secara lain (distorsi). Atau pemahaman terjadi tetapi tidak disetujui (ditolak)
4. Menilai Komunikator.
Pesan dipahami secara lain karena komunikate belum-belum sudah menilai (positive atau negative) diri komunikator sehingga pesan yang disampaikan kepada komunikate dipahami dengan dasar penilaian itu.

Komunikasi Verbal dan Non Verbal.
Komunikasi biasanya berlangsung dengan kata-kata, maka pemilihan kata-kata, nada suara, artikulasi, waktu/time, jumlah kata-kata menentukan ada–tidaknya attention, comprehension, dan acceptance. Tetapi boleh jadi ungkapan non-verbal bisa juga memperkuat atau memeperlemah  proses komunikasi (mencium, salam, kedipan mata, gerak tubuh, dll)

Overt dan Latent Meaning.
Komunikator terkadang tidak bisa menyampaikan dengn kode yang jelas (mungkin karena malu atau karena norma tertentu) sehingga apa yang dibahasakan (=overt) tidak sesuai dengan pesan yang dimaksud (=latent). Dalam keadaan ini, komunikate akan bisa salah menafsir. Misal, komunikator dengan rasa hormat terpaksa senyum tapi sebenarnya dia tidak suka.

Status Komunikasi.
Letak status bisa mempengaruhi perilaku berkomunikasi. Jika berada pada status yang lebih tinggi bisa jadi komunikator menguasi pembicaraan tanpa merasa perlu mendapat feed back, memaksakan pikirannya, memotong pembicaraan. Sedang komunikator dengan status lebih rendah bisa cenderung memberi kesan diri positif kepada mereka yang statusnya lebih tinggi (dengan senyum, hanya bisa bilang ya…ya…, menghindari rasa tidak setuju). Bisa terjadi juga, orang dengan status lebih rendah lebih bangga/lebih puas/lebih bernilai kalau bisa berkomunikasi dengan orang dengan status lebih tinggi. Sedangkan orang dengan status lebih tinggi lebih suka hanya berkomunikasi dengan orang yang berstatus sama tingginya.

Komunikasi Organisasional.
Ini komunikasi formal antara atasan-bawahan yang berlangsung dengan aturan-aturan hirarkikal. Secara fungsional ada 3 macam: downward, upward dan lateral, yang terkait satu terhadap yang lain sebagai network/jejaring
a. Downward: dari atas ke tengah dan mungkin harus terus ke bawah. Berupa arahan/direksi, instruksi, inspirasi, evaluasi, informasi (tentang tujuan, kebijakan, aturan, insentif, tunjangan, privelesi), umpan balik atas  terhadap kinerja bawahan. Medianya bisa meeting, telpon, bulletin, orientasi, pelatihan, dan apapun media lain. Jika diteruskan kebawah lagi, ada masalah untuk menyaring sampai bisa terjadi pesan dari puncak jadi lain setelah tiba pada paling bawah
b. Upward: dari bawah ke atasnya berjalan melalui ratai komando. Dalam hal ini atasan tengah mencari informasi tentang kegiatan, keputusan, dan kinerja bawahannya. Atasan minta atau perlu diberi laporan tersebut yang berupa kualitas dan kuantitas kinerja yang telah dicapai, usulan, rekomendasi, proposal budget, opini, keluhan, permintaan petunjuk, permintaan bantuan. Ada bahaya, bawahannya lapor apa-apa yang menyenangkan, lapor apa-apa yang tidak mengancam dirinya. Ada bahaya lagi, pesan dari paling bawah difilter oleh atasannya menjadi lain pesannya setelah tiba di puncak.
c. Lateral:  Dilakukan antar status yang sama atau dengan apapun status tetapi tanpa ada hubungan wewenang (=authority), agar terjadi kerjasama dalam koordinasi dan pemecahan masalah (problem solving). Biasanya komunikasi cara ini lebih cepat dan langsung.
Disamping 3 macam itu, masih ada 1 macam lagi yaitu : komunikasi informal manakala bawahan pun bisa berteman dengan atasan sebagai antar-pribadi. Sampai batas tertentu informalitas ini justru bisa dengan lebih mudah digunakan untuk penyelesaian tugas-tugas formal. Memang informalitas ini bisa  menjadi sumber timbulnya gossip atau rumor (kasak-kusuk) baik positif maupun negatif.
Efektivitas Jejaring tersebut. Jejaring itu efektif jika memenuhi tiga kriteria antara lain :
a. Efisiensi (network efficiency), yaitu memasok informasi yang akurat dan relevan.
b. Ekonomis (network economy), yaitu berlangsung dengan biaya minimal
c. Memuaskan komunikasinya bagi semakin banyak anggota organisasi.
Tiga kriteria ini tidak selalu kompatibel, artinya saat bisa efisiensi tetapi belum tentu ekonomis dan memuasakan, begitu sebaliknya.

Sumber: Jangkung K